Senin, 23 November 2015

Ir. Tajudin Akbar: Permasalahan Lingkungan Sudah Luar Biasa

Ir. Tajudin Akbar. Sumber foto: mattanews.com
“Permasalahan lingkungan sudah luar biasa. Kondisi ini sudah tidak biasa dan sangat berbahaya. Sudah saatnya, komunitas-komunitas kecil yang sadar lingkungan juga menyampaikannya agar tidak terjadi bencana yang lebih merusak”.

Ada nada keprihatinan, juga keberpihakan, dari suara Bapak Ir. Tajudin Akbar, Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Klaten, pada Senin sore (23/11), di Merapi Resto, Klaten, kepada Kabar Palar. Keprihatinan dengan data dan informasi tentang kondisi lingkungan hidup mutakhir. Keberpihakan bahwa tindakan pembenahan masih dimungkinkan dengan pertautan kepentingan antara pihak industri, pemerintah, dan masyarakat.

“Pertama, penurunan degradasi sungai selama dua dekade terakhir. Permasalahan ini berlangsung di Kalimantan, Sumatra, juga di Jawa. Daerah Aliran Sungai harus diselamatkan dan butuh kebijakan yang tegas: Tempat yang dianggap sebagai lokasi strategis sudah banyak yang beraih fungsi menjadi perumahan, pabrik, dan sebagainya. Kedua, pencemaran lingkungan. Ketiga, perubahan iklim. Musim hujan yang biasanya berlangsung 6-7 bulan menjadi lebih pendek. Akibatnya tentu panjang dan berantai”.

Dalam kasus permasalahan sungai, Pak Tajudin Akbar merinci perubahan kondisi sungai dan dampaknya bagi sektor pertanian dan ketahanan pangan. “Secara umum, sungai yang baik adalah yang mempunyai aliran dasar (base-flow) dan berair jernih. Sebagai contoh adalah Sungai Opak yang memisahkan wilayah Sleman dan Klaten. Tetapi pada saat ini, kita tentu tidak bisa mencari udang atau ikan kecil lainnya seperti pada dekade sebelumnya. Kondisi sungai-sungai saat ini sebagian besar sudah kotor dan tercemar airnya. Dan kita tahu bahwa sungai akan mengalirkan airnya untuk keberlanjutan pertanian”.

Pertemuan informal pada awalnya diniatkan oleh BLH Klaten selaku instansi teknis yang menyiapkan acara “Sosialisasi Sungai,” pada Rabu Pon 25/11 besok di Pendopo Pemkab Klaten. Pertemuan berubah menjadi silaturahmi yang menegaskan saling-pemahaman tentang tanggung gugat untuk bersama-sama mengelola lingkungan, termasuk sungai. Apalagi dengan tema yang ditetapkan Sekda Klaten adalah "Sungai sebagai Pusat Peradaban bagi Kelangsungan Hidup dan Kesejahteraan Bersama".

Pak Tajudin Akbar sangat mengapresiasi ketika Kabar Palar menyampaikan dua hal. Pertama, tentang Paguyuban Reresik Sampah Desa Palar, yang memulai kembali kegiatannya pada Minggu Legi, 8 November 2015 di Dukuh Geneng. Kerja bakti warga yang berlangsung di RT 16, RT 18, dan berakhir di RT 17, dengan penyelesaian pada lima titik ruang publik yang menjadi TKP buang sampah, termasuk selokan. Kedua, hasil valuasi sosial penyetoran perdana Bank Sampah Dadi Langgeng Unit V/Geneng.

“Sebagai orang yang beragama, kita tidak berputus asa. Kita terpanggil untuk membenahi kerusakan ini dengan arif. Kita mewarnainya dengan agenda aksi yang positif, bukan lagi dengan berwacana. Dan amalan mengelola lingkungan ini besar pahalanya. Sebab alam dan lingkungan adalah berkah Tuhan yang wajib kita jaga. Dari al-Kitab, kita bisa belajar dari kasus kehancuran kaum Saba dengan banjir Arim. Untuk itu, saya mengajak komunitas-komunitas di Klaten, tidak terkecuali di Desa Palar, untuk bersama-sama menjaga Klaten yang belum rusak ini,” tutup Pak Tajudin Akbar.

Menjelang azan Manghrib, pertemuan informal ditutup oleh Pak Dwi Maryono, staf BLH Klaten. Setelah Maghrib, acara dilanjutkan dengan makan malam, yang bagi Pak Tajudin Akbar adalah buka puasa Senin & Kamis, amalan yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun. Dan alhamdulillah, Pak Tajudin Akbar bersedia menjadi Nasabah Kehormatan Bank Sampah Dadi Langgeng Desa Palar. (imam samroni)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar