Minggu, 08 November 2015
Paguyuban Reresik Sampah: Dukuh Geneng
Minggu Legi, 8 November 2015, Pukul 10:00, di RT 16 Dukuh Geneng, Desa Palar, Trucuk, Klaten. Sekitar 17-an warga mulai berkumpul: Ibu, bapak, kaum muda, anak-anak melibatkan diri dan bertindak bersama dalam Bakti Dukuh Geneng. Peralatan sudah disiapkan sejak berangkat dari masing-masing rumah.
Dan sejarah kecil disegarkan kembali: Kerja bakti untuk membersihkan sampah di lingkungan Dukuh Geneng. Ada keguyuban, terdapat tindakan, juga kesungguhan untuk menindaklanjuti risalah Pertemuan Rutin RT 16 Dukuh Geneng, pada Jumat Wage (6/11). Kerja bakti juga menjadi sosialita antar-warga dan proses belajar sosial yang berjawab dengan membersihkan sesampahan yang mengotori sejumlah selokan dukuh.
Saya menisbahkannya sebagai “Paguyuban Reresik Sampah”. Catatan saya tentang sejarah sosial Geneng adalah risalah tentang warga yang berikhtiar untuk mengemban amanah dan bertanggung jawab memakmurkan bumi.
Linimasa panjang Geneng adalah kisah-kisah menggugah tentang tindakan warga mengelola keseharian dengan tindakan. Dari Dukuh Geneng, saya mendengar tentang pendirian “baren” (tempat mengasapi tembakau) yang pertama kali dan menjadi petanda desa “mbako Palar” (tembakau Palar). Di Geneng juga menjadi ujicoba untuk menggantikan tata pengolahan tanah untuk komoditas tembakau warisan Belanda: Got yang dalam, tanah dibolak-balik, kedalaman cangkulan yang membutuhkan tenaga berlebih.
Paguyuban Reresik Sampah pun membersihkan sesampahan dari RT 16, RT 18, dan berakhir di RT 17, dengan penyelesaian pada lima titik ruang publik yang menjadi TKP buang sampah. Ada keguyuban, terdapat ajakan ke warga lain yang berkesempatan, juga menerjemahkan kesadaran sebagai tindakan berkeringat. Dan sungguh, saya tergugah dengan sejarah “kecil” ini: Warga yang bertindak untuk menjawab Klaten dan Republik yang darurat sampah. Bahwa warga terdampak dengan buruknya tenunan sosial, ekonomi, kesehatan, dan lingkungan akibat terlambatnya skema tatakelola sampah adalah benar. Tetapi dari Paguyuban Reresik Sampah, saya menemukenali para warga-penyintas sudah melakukan tindakan bersejarah. Kepemerintahan ekologis sudah dimulai dari Dukuh Geneng, dengan gerakan warga untuk reresik sampah. Iqra’.(imam samroni)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar