Jumat, 01 Januari 2016
Brongsong itu tengah dianyam Bu Wagiyem
Dari suatu desa di Wonogiri, Jawa Tengah, bambu-bambu apus yang sudah tua itu ditebang dan dijual oleh petani. Oleh pedagang dari Klaten, bambu itu dibeli dan diangkut truk ke Kecamatan Pedan, Klaten, Jawa Tengah. Dari Pedan, bambu Wonogiri itu selanjutnya dikirim ke para pelanggan dengan "songkro" yang ditarik motor beroda dua.
Para pelanggan itu adalah ibu-ibu di Dukuh Daleman, Desa Palar, Kecamatan Trucuk, Klaten. Ibu-ibu pembeli bambu itu adalah perajin yang dengan anyaman tangan mengikhtiarkan nilai-lebih ekonomi perbambuan. Bambu apus Wonogiri adalah bahan baku untuk kriya rupa dengan penanda sunduk, tompo, kreneng, dan kukusan. Di Dukuh Padangan, selatan Daleman, penanda itu adalah besek. Kriya bambu pun menjadi petanda ekonomi dengan keterlibatan ibu-ibu Desa Palar. Dengan bambu juga, Bu Wagiyem, warga RT 15 RW VII menandakan Dukuh Daleman dengan anyaman bambu.
Sebatang bambu apus Wonogiri dipotong dengan “gorok” (gergaji) di Daleman. Ruas atau buku bambunya dipisah, batangnya dibilah dengan “bodhing” (pisau besar). Bilahan bambu itu, oleh Bu Wagiyem dan warga Palar disebut dengan “gebingan”. Dari “gebingan” selanjutnya disayat dengan “lading” (pisau) agar menjadi tipis dan siap untuk bahan anyaman bambu. Sayatan bambu itu disebut “iratan”.
“Damel iratan punika langkung dangu, … menawi ngenam nggih cepet, Mas,” kata Wagiyem sambil tetap menganyam bambu, di teras rumahnya pada Rabu Pon, 30 Desember 2015. (Membuat iratan itu lebih lama, … jika menganyam jelas lebih cepat).
Hari itu, untuk kali yang pertama, Bu Wagiyem menganyam “brongsong”. Bu Wagiyem yang selama ini menganyam tompo, kreneng, dan kukusan, sekarang tengah menganyam brongsong pesanan Pak Gito, tetangganya, sama-sama warga Dukuh Daleman. Oleh Pak Gito, brongsong itu diniatkan untuk membungkus buah klengkeng (Dimocarpus longan) di Desa Palar, terutama dari kelelawar.
“Karena baru kali ini membuat brongsong, ya awalnya, terutama untuk membuat purwarupa, butuh waktu agak lama. Brongsong ini menggunakan dasar tujuh iratan,” lanjut Bu Wagiyem sambil tetap menganyam.
Di teras depan rumah, tempat Bu Wagiyem menganyam, terik Matahari di musim penghujan seakan terhenti. Rindang pepohonan mampu menyejukkan suhu. Ada keteduhan yang ditingkap deretan pohon klengkeng yang tengah berbunga di pekarangan sebelah barat.
Iya, di teras depan rumah, di akhir tahun 2015, bahan baku bambu apus dari Wonogiri tengah dikerjakan sebagai brongsong oleh Bu Wagiyem. Dan brongsong itu dinisbahkan oleh pemesannya, Pak Gito, sebagai petanda klengkeng Palar, yang telah dirintisnya dengan 350 bibit pada 2009, enam tahun yang lalu. (imamsamroni)
Kamus:
Brongsong: Anyaman dari bilahan bambu yang biasanya untuk membungkus buah yang masih di dahan pohon. Di Desa Palar, brongsong terutama diniatkan untuk membungkus buah klengkeng (Dimocarpus longan) dari hama kelelawar.
Kukusan: Alat pengukus nasi, dalam hal ini dari anyaman bambu.
Kreneng: Alat pencuci sayuran dari anyaman bambu.
Tompo: Alat pencuci beras dari anyaman bambu yang berukuran kecil.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar