![]() |
Soto Ayam Sewu Mbak Ni, Padangan, Palar, Trucuk, Klaten |
Rindang daun akasia (Acacia denticulosa) dan mangga (Magnifera indica) cukup meneduhkan halaman rumah Mbak Ni, di RT 3 Padangan, Desa Palar, Trucuk, Klaten. Dari halaman rumah, tempat saya memarkir motor, saya langsung menuju teras depan yang berfungsi untuk warung.
Iya, saya memang akan memesan soto, kuliner yang juga menjadi ikon Klaten. Dan puan rumah, Mbak Ni, sudah menyambut dengan keramahan yang bersahaja.
“Mangga, … ngunjuke punapa nggih, Pak? (Mari, … mau minum apa ya, Pak?), sapa Mbak Ni sambil meracik soto.
Mbak Ni tidak butuh waktu lama untuk menghidangkan soto bening berdaging ayam. Di meja makan bergaya lesehan, tersedia ragam lauk-pauk untuk mengasup soto. Mendoan (tempe goreng dengan tepung), tahu goreng, tahu bacem, kacang tanah yang digoreng, dan tentu kerupuk. Tak lama berselang, segelas jeruk hangat juga sudah tersaji di meja.
“Baru dua lapan warung soto ini dibuka,” kisah Mbak Ni. “Alhamdulillah, sejumlah pelanggan yang pesan lewat telpon bisa saya siapkan”. Mbak Ni menyebut sejumlah nama warga, yang beberapa di antaranya saya kenal dalam sejumlah pertemuan di Desa Palar.
“Alhamdulillah, dari pukul 08.30 sampai 15.00, ada pembeli yang memesan soto. Ada yang dimakan di sini maupun dibungkus,” lanjut Mbak Ni.
Saya juga tidak butuh waktu lama untuk mengasup soto bening racikan Mbak Ni: Rasa lapar setelah melintasi Palar dan cuaca yang terik terjawab dengan lezatnya soto dan wedang jeruk.
Di tengah keteduhan daun akasia dan mangga, di Dukuh Padangan, saya kembali mengecek perkembangan el Nino. Hujan ternyata masih lama, terik matahari kian menyengat, petani semakin menghabiskan waktu untuk mengairi sawah. Dan soto Ayam Sewu Mbak Ni mendukung daya tahan untuk kembali berikhtiar (imron).
Daleman, Senin Kliwon 2/11/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar